Minggu, 27 Januari 2008

Gossii..t....di gosok bilang jasiiiitt....

Jassiiiit....inget kata2 ini ga gays...iya...ini kata2 andalannya si nyoyot...hehe...jadi kangen sm tuh anak...apa kabar ya dia...
Dulu..pas masih jaman jaya2nya buletin laut...ada satu kolom yang namanya "Gossit...di gosok bilang jassiiit"...ne kolom khusus ngomongin perilaku artis2 psp99 yang didapet dari hasil ngupingnya tim bulla ke omongan2 temans smuamua...he he...

Menguping pembicaraan orang lain bukanlah tindakan terpuji. Lagi pula, apa untungnya ngedengerin sesuatu yang sama sekali ga ada sangkut pautnya ama kita. Namun, kadang-kadang ada situasi dimana kita ga bisa ngindarinya. Sehingga mau ngga mau kita ngedengernya juga. Ngga jarang mereka lepas kendali, dan lupa kalo pembicaraan mereka bisa didenger oleh orang lain. Seperti yang dilakuin oleh dua orang karyawan yang saling menggosipkan atasannya di toilet sebuah gedung perkantoran. Keduanya tertawa terbahak-bahak ketika mengatakan betapa 'tolol'-nya atasan mereka. Keesokan harinya, kedua orang itu dipanggil sang atasan. Kemudian atasannya menceritakan setiap kata yang mereka perbincangkan kemarin di toilet. Rupanya, atasannya sedang berada di bilik toilet yang bersebelahan!

Jadi inget pengalaman kang dadang,sesekali dia ngga mengendarai mobil ketika berangkat ke kantor. Dia cukup naik ojek dari rumah ke tempat mangkal mobil omprengan. Lalu, dengan membayar Rp. 8,000.- dia udah bisa nyampe ke kantor. Kita yang tinggal diluar Jakarta mungkin bertanya-tanya, mobil omprengan itu apa sih? Mobil omprengan adalah mobil pelat item yang dijadikan angkutan umum tidak resmi. Biasanya mereka itu karyawan yang berangkat menggunakan mobil, tetapi sekalian gangkut penumpang.

Sepulang kantor, dia tinggal melintasi jembatan penyeberangan yang terhubung dengan terminal bus way. Lalu melompat kedalam mobil omprengan yang searah dengan tempat tinggal dia. Didalam mobil itu ada sepuluh orang penumpang. Jadi, pengendara mobil itu mendapatkan penghasilan sebesar Rp. 80,000.-. Tidak terlalu buruk. Karena itu berarti dalam sebulan si pengendara bisa mendapatkan penghasilan tambahan lebih dari 2 juta rupiah setelah dipotong bensin dan tol. Dia duduk dibagian belakang mobil itu - bagian yang selalu diisi oleh 6 orang. Tentu agak berdesakan. Dan mobil omprengan itupun mulai meninggalkan tempatnya mangkal. Beberapa orang mengobrol disepanjang perjalanan. Salah satu topik pembicaraan mereka adalah tentang orang-orang 'menyebalkan' dikantornya.

"Bayangkan saja," kata Ibu yang satu. "Dia itu ya, datang ke kantor jam delapan cuma untuk njeglek kartu absen doang." Lanjutnya. "Habis itu ngilang seharian. Ntar jam empat sore datang lagi...."
"Emang kemana aja itu orang ?" temannya menyahut.
"Tahu...," imbuhnya tak acuh. "Mestinya kan atasannya yang mengontrol ya. Lha kok ini nggak ada yang berani negur, gitu loh...."
"Ya sudah Mbak, biarkan saja..." hibur temannya.
"Yah, aku sih ndak apa-apa, toh." tukas si Ibu. "Tapi itu lho, teman-teman pada komplen. Kan jadinya nggak sehat." katanya. "Masak kita kerja mati-matian, tapi kok dia malah seenaknya saja."

Kang dadang memejamkan mata. Nikmat rasanya setelah menjalani kepenatan seharian dikantor. Tetapi, dia ngga dapat menutup telinga dari pembicaraan mereka.

"Ya sudahlah Mbak." kata si Ibu didepan dia. "Anggap saja kita sedang melayani Tuhan." Tiba-tiba saja telinga dia menangkap sebuah kalimat yang sarat dengan makna. Nyaris tak bisa dibendung, kalimat itu kembali terngiang; "Anggap saja kita sedang melayani Tuhan." Terngiang. Terngiang. Berulang-ulang.

Kita ga usah terlalu mikirin lagi pembicaraan mereka. Sebab, perhatian saya terutama langsung terpenjara oleh kalimat indah itu. Dan sekali lagi saya mendengarnya, kini dari hati sanubari saya," Anggap saja kita sedang melayani Tuhan".

Guru ngaji saya pernah mengajarkan bahwa salah satu ciri manusia yang luhur adalah; ketika bekerja, dia merasakan bahwa Tuhan selalu mengawasinya. Jadi, manusia-manusia dari jenis ini pasti bekerja bukan karena ada manusia lain yang mengawasi. Dan mereka juga ngga mudah terpengaruh oleh perilaku tak terpuji orang lain. Meskipun orang-orang disekitarnya ngga bekerja dengan baik, dia ngga ikut memburuk. Dia terus saja bekerja dengan setulus hatinya. Sebab, dia tahu, Tuhan mengawasinya.

Dia memang digaji perusahaan. Tetapi didalam hatinya, seolah-olah tengah melayani Tuhan. Dengan sikap seperti itu, dia ngga berani mempermainkan etika dalam bekerja. Dia juga ngga mau berkompromi dengan norma-norma. Sebab, ketika seseorang melayani Tuhan, dia tahu bahwa Tuhan akan memberikan imbalan yang sepadan. Itulah kenapa, orang-orang seperti ini selalu bisa diandalkan. Baik oleh perusahaan. Oleh atasan. Juga oleh teman. Dan tentu saja, mereka layak untuk menjadi teladan.

Hari ini, kita kembali diingatkan bahwa, menguping pembicaraan orang lain itu tidak terpuji. Tetapi hari ini, kita juga mendapatkan pelajaran lain dari hasil menguping yang tidak bisa saya dan kita hindari. Begitulah rupanya cara Tuhan mengingatkan kita tentang pekerjaan. Kita kembali diingatkan bahwa bekerja, tidaklah semata-mata untuk melakukan sesuatu atas perintah atasan. Sebab, melalui kerja, kita melayani Tuhan.

Melayani manusia itu berbeda dengan melayani Tuhan. Oleh karenanya, respon yang kita dapatkan pun pasti berbeda. Dari manusia, belum tentu kita mendapatkan respon yang layak. Beruntung jika kita
memiliki atasan yang baik dan adil. Kita mungkin mendapatkan perlakuan yang sama dengan apa yang didapatkan orang lain. Kita juga memperoleh kesetaraan. Tetapi, banyak orang yang ngga seberuntung itu. Jika kita bekerja diperusahaan yang baik, kita juga beruntung. Kita bisa ngedapetin imbalan yang pantas atas pekerjaan yang kita lakuin. Sebab, ada saja perusahaan yang dengan dalih apapun berusaha mengurangi bayaran dan fasilitas yang seharusnya didapatkan oleh karyawan. Tidak usah heran. Karena, memang tidak semua perusahaan sebaik itu. Buktinya, begitu banyak orang yang harus turun kejalan untuk sekedar mendapatkan bayaran yang sudah menunggak berbulan-bulan.

Bekerja melayani Tuhan sangat lain. Kitaa pasti mendapatkan apa yang telah kita usahakan. Tidak akan pernah berkurang. Bahkan mungkin, jika kita melakukannya dengan segenap ketulusan, Tuhan berkenan memberikan bonus tambahan. Matematika perusahaan dikendalikan oleh sesuatu yang disebut sebagai neraca profit and loss. Meskipun kita membuat perusahaan untung, tetapi porsi keuntungan terbesar diperuntukkan bagi sang pemilik modal. Tolong jangan merasa terhasut oleh pernyataan ini. Karena hal ini berlaku secara universal. Bahkan jika nanti kita memiliki perusahaan, kita akan melakukan hal yang sama. Jadi, itu sama sekali bukan sebuah kesalahan. Matematika Tuhan tidak dikendalikan oleh neraca semacam itu, melainkan neraca imbalan dan keadilan.

Apa itu neraca imbalan-keadilan? Neraca yang engga didasarkan pada pengumpulan keuntungan untuk Tuhan. Melainkan sebuah skema yang ditujukan untuk memberikan imbalan terhadap setiap perbuatan dan tindakan baik yang dilakukan oleh seseorang. Itu sisi imbalannya. Sisi keadilannya apa? Sisi keadilannya adalah ketika Tuhan memberikan raport merah atau hukuman kepada orang-orang yang berbuat curang. Tuhan bisa saja tidak menghukum manusia-manusia yang bertabiat buruk. Tetapi, dia itu adil. Ketika seseorang menindas orang lain misalnya, maka sisi keadilanNya berfungsi melindungi sang tertindas dari kesewenang-wenangan .

Kembali kepada konteks bekerja. Anggap saja kita sedang melayani Tuhan. Sekalipun kita pernah diperlakukan tidak adil oleh atasan,teman, atau perusahaan, kita ngga perlu terlampau risau. Karena imbalan sesungguhnya ada di tangan Tuhan. Itu jika kita bicara soal imbalan. Lain lagi kalau kita bicara tentang dedikasi. Kita, jika merasa tengah melayani Tuhan, pasti ngga akan pernah menyalahgunakan kedudukan untuk menindas anak buah. Lalu memerintah mereka sesuka hati. Bahkan memaksa untuk melakukan sesuatu yang ngga senonoh. Kalau jadi bawahan, kita tidak berulah hingga atasan dibuat susah. Tak akan pula mengkhianati kepercayaan perusahaan. Kita pasti bekerja dengan sebaik-baiknya. Sebab, seperti nasihat yang saya dapatkan dari hasil cerita kang dadang menguping di mobil omprengan, Anggap saja kita sedang melayani Tuhan.

Catatan Kaki.
Atasan kita bisa salah menilai. Perusahaan tidak jarang mengemplang hak-hak karyawan. Tapi Tuhan, pastilah menyerahkan seluruh hasil dari setiap tindakan yang kita lakukan. Jadi, Anggap saja kita
sedang melayani Tuhan.

Hehe..keabisan crita anehnya c...jadinya nulis yang beginian de...gpp kan...